Ketika berbicara soal performa kendaraan, sebagian besar orang langsung membayangkan besarnya tenaga mesin atau desain eksterior yang memukau. Padahal, ada aspek lain yang tak kalah penting dan sering luput dari perhatian, yakni tractive effort dan tractive resistance. Dua istilah ini adalah fondasi dalam memahami bagaimana sebuah kendaraan bergerak, mempertahankan kecepatan, dan mengoptimalkan efisiensinya. Bagi seorang insinyur atau mahasiswa teknik mesin otomotif, memahami konsep ini ibarat memiliki “peta rahasia” untuk merancang kendaraan yang bertenaga namun tetap hemat energi.
Apa itu Tractive Effort?
Tractive effort dapat diartikan sebagai gaya dorong yang dihasilkan oleh mesin (melalui sistem transmisi dan roda) untuk mengatasi semua hambatan yang dialami kendaraan saat bergerak. Semakin besar hambatan, semakin besar pula tractive effort yang dibutuhkan.
Mengenal Tractive Resistance
Tractive resistance adalah total gaya hambat yang harus dilawan oleh kendaraan agar dapat bergerak atau mempertahankan kecepatannya. Hambatan ini berasal dari beberapa faktor utama:
- Rolling Resistance
- Kontribusi: ±40% dari total hambatan pada mobil keluarga berukuran sedang yang melaju 90 km/jam di jalan datar.
 - Penyebab: Gesekan antara ban dan permukaan jalan.
 - Faktor Pengaruh: Jenis ban, tekanan angin ban, tekstur aspal, dan suhu jalan.
 - Insight: Menggunakan ban dengan hambatan gulir rendah (low rolling resistance tire) dapat menghemat konsumsi bahan bakar.
 
 - Wind Resistance (Hambatan Angin)
- Sifat: Meningkat seiring kuadrat kecepatan. Artinya, jika kecepatan naik dua kali lipat, hambatan angin bisa naik empat kali lipat.
 - Kontribusi: Bisa mencapai 60% dari total hambatan pada kecepatan tinggi.
 - Faktor Pengaruh: Desain aerodinamika bodi, tinggi kendaraan, dan aksesori eksternal seperti roof rack.
 - Insight: Mobil sport dan kendaraan listrik modern banyak mengoptimalkan desain aerodinamika untuk mengurangi hambatan ini.
 
 - Gradient Resistance (Hambatan Tanjakan)
- Penyebab: Gravitasi yang menarik kendaraan ke bawah saat menanjak.
 - Faktor Pengaruh: Kemiringan jalan (grade), massa kendaraan, dan distribusi beban.
 - Insight: Truk berat di jalur pegunungan membutuhkan tractive effort jauh lebih besar dibanding di jalan datar.
 
 - Inertia Resistance (Hambatan Inersia)
- Penyebab: Perlawanan massa kendaraan terhadap percepatan.
 - Faktor Pengaruh: Bobot kendaraan, percepatan yang diinginkan, dan efisiensi transmisi.
 - Insight: Kendaraan listrik memiliki keunggulan karena torsi instan memudahkan mengatasi hambatan inersia saat akselerasi.
 
 
Mengapa Ini Penting?
Bagi pengguna biasa, memahami konsep ini membantu menjelaskan mengapa mobil terasa “berat” saat menanjak, atau mengapa konsumsi bahan bakar melonjak ketika dipacu di kecepatan tinggi. Bagi mahasiswa dan insinyur otomotif, analisis tractive effort dan resistance adalah dasar dalam:
- Merancang kendaraan hemat energi.
 - Menentukan spesifikasi mesin dan transmisi yang optimal.
 - Menghitung kapasitas kendaraan untuk rute tertentu.
 - Mengurangi jejak karbon melalui efisiensi konsumsi bahan bakar.
 
Menuju Mobilitas Berkelanjutan
Dengan perkembangan teknologi seperti kendaraan listrik, hybrid, dan desain aerodinamika canggih, tantangan pengelolaan tractive effort menjadi semakin relevan. Upaya ini tidak hanya meningkatkan kenyamanan dan keamanan, tetapi juga mengurangi polusi dan penggunaan energi fosil.
Inilah peran nyata mahasiswa mesin otomotif: menguasai sains di balik pergerakan kendaraan, lalu menerapkannya untuk mobilitas masa depan yang lebih efektif, efisien, dan ramah lingkungan.
Sumber: oto.teknik.unimma.ac.id
